Emisi Alfa

Pada peluruhan alfa, sebuah atom induk mengemisikan suatu partikel dan menghasilkan sebuah nuklida anak . Segera setelah emisi partikel alfa, atom anak masih memiliki elektron-elektron Z dari induknya - karenanya atom anak memiliki dua elektron terlalu banyak dan harus ditunjukkan dengan . Elektron tambahan tersebut akan segera hilang setelah emisi partikel alfa yang meninggalkan atom anak secara listrik netral. Tambahan pula, partikel alfa akan melambat dan kehilangan energi kinetiknya. Pada energi rendah partikel alfa akan mendapatkan dua elektron agar menjadi sebuah atom helium netral. Proses peluruhan alfa dijelaskan dengan :

peluruhan .

Proses peluruhan alfa ditemukan sebagian besar pada nuklida yang kaya neutron, nuklida dengan nomor atom tinggi oleh karena kenyataan bahwa gaya tolak elektrostatik pada nuklida-nuklida berat meningkat dengan lebih cepat daripada gaya kohesi inti. Selain itu, partikel yang diemisikan harus mempunyai energi yang cukup untuk mengatasi penghalang potensial pada inti. (Magill dan Galy, 2005)

Sebuah partikel alfa merupakan suatu inti helium yang sangat berenergi yang diemisikan dari inti sebuah atom tidak stabil apabila rasio proton terhadap neutron terlalu rendah. Partikel ini bermuatan positif, partikel besar yang terdiri dari kumpulan dua proton dan dua neutron. Karena nomor atom dan nomor massa dikekalkan dalam alihan alfa, berarti bahwa hasil dari emisi alfa adalah suatu anak yang memiliki nomor atom kurang dua dari yang ada pada induk dan yang memiliki nomor massa atom kurang empat dari yang ada pada induk. Pada kasus , sebagai contoh, reaksinya adalah

.

Partikel alfa pada dasarnya adalah monoenergi. Namun, spektogram partikel-alfa menunjukkan adanya pengelompokan energi diskrit, dengan perbedaan-perbedaan energi yang kecil di antara kelompok berbeda tersebut. Perbedaan-perbedaan yang kecil ini berkaitan dengan perbedaan level energi pada inti anak. Yakni, sebuah inti yang mengemisikan salah satu dari partikel alfa dengan energi yang lebih rendah ditinggalkan dalam keadaan tereksitasi, sementara inti yang mengemisikan partikel alfa dengan energi yang paling tinggi untuk setiap nuklida tertentu biasanya ditinggalkan dalam keadaan "dasar". Inti yang ditinggalkan dalam keadaan tereksitasi biasanya mengemisikan energi eksitasinya dalam bentuk sinar gamma. Harus digaris-bawahi bahwa sinar gamma ini diemisikan dengan seketika, hampir selalu dalam < detik, setelah emisi partikel bermuatan terjadi dan, karenanya, tampak seperti telah datang dari inti radioaktif induk, padahal sebenarnya sinar gamma ini diemisikan oleh inti anak. Karena sinar gamma tampak seperti telah muncul secara bersamaan dengan partikel bermuatan, maka induk tersebut dikatakan sebagai pemancar gamma. Perlu digaris-bawahi juga bahwa sebagian besar partikel alfa biasanya diemisikan dengan energi yang maksimum. Sangat sedikit inti, sebagai konsekuensi, ditinggalkan dalam keadaan tereksitasi dan radiasi gamma, maka dari itu, hanya menyertai sebagian kecil dari partikel alfa.

Partikel alfa sangatlah terbatas dalam kemampuannya untuk menembus bahan. Lapisan kulit mati bagian luar sudah cukup tebal untuk menyerap seluruh radiasi alfa dari bahan radioaktif. Sebagai konsekuensi, radiasi alfa dari sumber-sumber di luar tubuh tidaklah merupakan bahaya radiasi. Namun, dalam kasus radionuklida yang mengemisikan-alfa saat mengendap secara internal, pengaruh shielding dari lapisan terluar kulit mati tersebut menjadi tidak ada dan energi radiasi alfa dapat terhambur dalam jaringan hidup. (Cember dan Johnson, 2009)
Baca selanjutnya...

About

muhadzis
Ever been very fond for outdoor activities, had been desperately in acting practices, had written poems, and had finished degree in medical physics ... today, honestly I just want to be a servant of the most loved by Allah 'Azza wa Jalla. Amen.
Lihat profil lengkapku

Twitter Updates

    follow me on Twitter