Kuliah Umum Sang Mantan

Rabu, 23 Desember 2009, kuliah umum dengan tema “Kewirausahaan dan Politik di Indonesia” dari DR M. Jusuf Kalla siang hari itu terasa sedikit gerah sehingga produksi keringat peserta cukup lumayan, belum lagi suara dari microphone yang seringkali terdengar kurang jelas membuat konsentrasi peserta dituntut lebih. Tetapi hal itu tidak menjadikan semangat peserta untuk mengikuti kuliah mengendur. Selama sekitar lima puluh menit kuliah tersebut berlangsung, saya mencoba untuk menahan rasa kantuk yang biasa mengiringi acapkali mengikuti perkuliahan. Dan memang akan sulit untuk merasakan kantuk jika berada di dalam sebuah aula yang semua kursinya terisi penuh ketika mengikuti kuliah umum dari seorang ex Vice President of Indonesian Republic.

Masa Lalu
Kebiasaan pembicaraan pembukaan bagi seorang pejabat Negara adalah menceritakan “mengapa saya berada di sini?” Pak Jusuf menyebutkan tentang janjinya pada periode kampanye beberapa waktu lalu tentang apa-apa yang akan dilakukan jika dirinya tidak terpilih sebagai Presiden. Rupanya memberikan kuliah umum adalah juga bagian dari menepati janjinya kepada bangsa. Tentu saja dalam kerangka melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial di tengah-tengah masyarakat.

Mengenai kenaikan BBM dan permasalahan listrik pada masa pemerintahannya dulu, mantan Wapres RI ini, menyebutkan tentang subsidi pemerintah yang terlalu besar untuk sektor-sektor tersebut mengakibatkan anggaran untuk pembangunan sektor lain menjadi terhambat. Maka dari itu, Pak Jusuf meneruskan, harus ada pengurangan subsidi agar pembangunan pada sektor lain dapat terlaksana dengan baik.

Sedikit Kuliah
Pada era sebelum reformasi, banyak pejabat Negara yang terjun ke dunia kewirausahaan (menjadi seorang pengusaha) setelah pensiun dari kegiatan politiknya. Namun setelah reformasi, yang terjadi adalah kebalikannya, banyak pengusaha yang kemudian terjun ke dunia politik. Penyebab utama dari keadaan tersebut adalah undang-undang dalam demokrasi kita yang tidak membolehkan seorang PNS dan anggota TNI dan POLRI untuk menjadi pengurus partai politik. Sehingga sebuah partai politik akan terisi oleh para pengusaha yang bukan merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil. Begitu kurang lebih yang disampaikan DR M. Jusuf Kalla ketika mengawali kuliah umumnya.

Lalu apa persamaan antara politik (dalam hal ini pejabat Negara) dan kewirausahaan (dalam hal ini pengusaha)? Di dalam politik, erat kaitannya dengan seni untuk mengelola Negara untuk tujuan dan kepentingan yang baik tentu saja. Kewirausahaan pun selalu menuntut pengelolaan yang baik, di mana seorang pengusaha harus bekerja keras untuk mengubah nilai suatu barang misalnya, sehingga mendatangkan manfaat yang lebih. Begitu juga dengan sebuah Negara, seorang pejabat Negara dituntut untuk berpikir extra keras agar anggaran Negara dapat memberikan manfaat yang besar kepada seluruh lapisan rakyatnya dengan menghindari kerugian Negara tentunya. Satu hal yang penting adalah bahwa mengelola Negara dan menjadi seorang pengusaha, sama-sama harus memiliki tujuan yang nyata dan jelas.

Perbedaan utamanya adalah bahwa seorang pejabat Negara harus selalu berupaya menghindari kerugian anggaran Negara, sebab kerugian Negara akan mempunyai dampak yang sangat besar bagi rakyatnya sendiri, sedangkan kerugian seorang pengusaha bisa jadi hanya ditanggung oleh dirinya sendiri atau oleh beberapa orang saja. Pak Jusuf juga menekankan pentingnya moralitas pada diri seorang pejabat Negara maupun seorang pengusaha, agar peristiwa-peristiwa seperti kasus Century tidak perlu terjadi.

Selanjutnya, apakah menjadi seorang pengusaha merupakan sesuatu yang dapat dipelajari? Pak Jusuf mengatakan bisa, tetapi tidak mutlak. Harus berani mengambil resiko, melakukan inovasi-inovasi. Resiko dan kegagalan merupakan hal yang biasa terjadi. Ia mencontohkan tentang para orangtua bangsa China yang menurunkan sifat menjadi pengusaha kepada anak-anaknya sehingga muncul banyak pengusaha. Pada gilirannya, terciptalah iklim berwirausaha. Lebih jauh, disebutkan bahwa pendapatan terbesar Negara ini berasal dari pajak. Dan siapakah pembayar pajak itu? Para pengusaha. Maka dari itu Pak Jusuf menyebutkan bahwa pemerintah mempunyai tugas untuk menambah, menghidupkan iklim usaha.

Terakhir, DR M. Jusuf Kalla menantang generasi muda dalam kaitannya dengan kebutuhan dunia usaha terhadap generasi muda. “Silahkan Anda mempelajari politik dengan buku-buku yang sekian banyak, namun jika ekonomi tidak berjalan maka Negara akan selalu berada dalam permasalahan besar (kacau)…” Kegiatan ekonomi harus berjalan, para pengusahalah yang melakukannya, ketika ekonomi sudah berjalan maka ketika itulah dibutuhkan inovasi-inovasi. Menjadi seorang pejabat Negara maka segala keuntungan akan kembali kepada Negara, jika mengalami kerugian maka seluruh rakyat yang terkena imbasnya.

Dibuang Sayang
Sebetulnya, sesi tanya-jawab setelah kuliah umum ini yang diselingi oleh orasi dari penanya cukup menarik untuk diceritakan tetapi saya tidak merasa kompeten untuk menuliskannaya. Namun, ada satu pertanyaan menarik dari salah seorang peserta mengenai kesiapan bangsa ini menghadapi pasar bebas, tentang adanya kekhawatiran akan kalah bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Pak Jusuf menyebutkan bahwa kekhawatiran tersebut tidak perlu ada mengingat bahwa sebelum pasar bebas pun para pengusaha kita telah mampu bersaing, maka optimisme itu pun akan muncul ketika menghadapi pasar bebas. Dengan infrastruktur dan kebijakan pemerintah yang baik dan mendukung tentunya.

Satu lagi, permasalahan kesetimbangan di dalam menjalankan koperasi misalnya, keberanian menempuh resiko sangat diperlukan kata Ketua Umum PMI ini. Kesetimbangan tidak bisa melulu dipelajari dari cerita-cerita ataupun text-books. Seperti seseorang yang sedang belajar naik sepeda lanjutnya, seseorang harus menaiki sepeda tersebut agar kemudian dapat mengendarainya. Tidak hanya mampu menyebutkan tentang kesetimbangan itu sendiri, tetapi juga dengan melaksanakan kesetimbangan tersebut dalam perjalanannya.

Dan, iring-iringan mobil sedan Lexus, mobil Patwal dan mobil-mobil lainnya pun berlalu di hadapan saya, yang setelah kuliah umum tersebut saya akan pulang dengan menjinjing 4,5 kg cucian bersih di depan sebuah laundry.


Wallahu’alam wallahulmusta’an.
Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan

2 comments:

Taryana mengatakan...

hidup pak JK......hahahhaha

Badut Melankolis mengatakan...

Hiduuup!!!

Posting Komentar

About

muhadzis
Ever been very fond for outdoor activities, had been desperately in acting practices, had written poems, and had finished degree in medical physics ... today, honestly I just want to be a servant of the most loved by Allah 'Azza wa Jalla. Amen.
Lihat profil lengkapku

Twitter Updates

    follow me on Twitter